Essay merupakan sebuah karangan prosa yang membahas sebuah topik melalui sudut pandang pribadi penulisnya. Essay dan karya tulis berbentuk opini adalah hal yang sama. Opini adalah isinya dan karya tulis adalah karya tulisnya.
Bagaimana Cara
Menulis Essay?
Sebelum anda membuat essay, alangkah baiknya jika anda
membuat pertanyaan mengenai suatu topik. Setelah itu, anda bisa menggali
jawaban-jawaban dari pertanyaan yang telah anda buat, dari jawaban-jawaban
itulah anda bisa menarik kata kunci yang kemudian bisa dianalisis lebih jauh
untuk menjadikan sebuah karya tulis yang baik.
Bagaimana
Menganalisis kata kunci secara mendalam?
Nah Disilah peran Membaca, anda akan mampu memahami dengan
baik mengenai sebuah topik yang anda angkat dan mengembangkan argumen pada
karya tulis yang anda buat. Dalam memilih bacaan sebaiknya diperhatikan :
Apakah
berhubungan dengan topik yang saya pilih?
Apakah bacaan
ini mendukung jawaban saya atas pertanyaan yang sudah saya pilih?
Apakah bacaan
ini mampu mengembangkan argumen-argumen saya?
Apa yang harus
dilakukan setelah anda membaca?
Setelah merumuskan sebuah pertanyaan, anda dapat mencri
jawaban-jawabannya dengan membaca. Saat membaca, biasakan mencatat apa saja
yang bisa diambil darinya. Karena tidak semua ingatan orang itu KUAT, opsi
mencatat sangat dianjurkan supaya tidak kehilangan poin-poin penting.
Menyusun Ide dan
Mulailah membuat Essay!
Anda sudah memiliki sebuah pertanyaan mengenai sebuah topik.
Anda sudah mencatat poin-poin yang mampu mendukung jawaban-jawaban anda atau
argumen anda. Sekarang apa lagi?
Nah, anda harus mulai menyusun catatan-catatan tadi dalam
suatu bentuk jawaban. Putuskan poin-poin yang akan digunakan untuk menjawab
pertanyaan tadi. Anda harus mengkaji dan menentukan poin mana yang akan anda
bahas terlebih dahulu.
Membuat kerangka sederhana adalah cara paling efektif untuk
mengkomunikasikan ide dan jawaban-jawaban anda yang biasanya meliputi:
Pendahuluan, yakni menceritakan secara singkat mengenai ide
pertanyaan dan jawaban yang telah anda siapkan.
Isi, yakni bagian dimana anda menjawab pertanyaan yang sudah anda
buat dengan cara mengembangkan argumen-argumen anda.
Kesimpulan, yakni fase dimana Anda menunjukan bahwa anda telah
menjawab pertanyaan yang sudah dibuat. “jangan memasukan informasi baru dalam
bentuk apapun( jawaban, argumen, dll) diluar isi yang sudah anda jabarkan.”
Semoga membantu, dan sesuai kepahaman anda, mulailah membuat
Essay!
beberapa contoh karya tulis :
Cendikiawan Muda
Berakhlak Mulia
Oleh Muh. Imam Nurhidayat
Sering kita dengar istilah cendikiawan, yang identik
dengan orang-orang yang berfikir secara ilmiah dan mempunyai intelektual tinggi.
Harapan-harapan masyarakat Indonesia akan cendikiawan muda yang memberikan
contoh-contoh baik yang mampu memajukan masyarakat masih sangat langka. Banyak
didapati para cendikiawan muda di Indonesia, tetapi bentuk kontributif nyata ke
masyarakat secara fungsional sangatlah sedikit. Karena itulah salah satu alasan
bahwa cendikiawan yang kontributif secara nyata tetap menjadi harapan-harapan
besar masyarakat Indonesia yang dapat memajukan masyarakat menjadi lebih madani.
Akhlak merupakan karakter yang sangat dominan yang
menggambarkan pribadi seseorang. Akhlak adalah cermin diri seseorang, yang
menjadi landasan besar orang lain untuk menilai orang itu. Dan menjadi
penilaian besar seseorang itu apakah patut untuk menjadi tauladan ataukah
tidak.
Cendikiawan muda yang berakhlak mulia adalah harapan
utama masyarakat Indonesia, yang memajukan dan patut menjadi contoh bagi masyarakat dan generasi-generasi penerus. Dan
jiwa yang membawa kepada perubahan juga menjadi salah satu harapan masyarakat
dan bangsa ini untuk menjadi yang lebih baik dan produktif. Orang berpengaruh
sangat dibutuhkan sekarang ini untuk mengelola dan memajukan masyarakat, karena
sumber daya manusia di Indonesia belum mencukupi untuk mengolah kekayaan sumber
daya alam yang ada. Maka dari itu masyarakat membutuhkan sosok pembimbing untuk
menuntunnya menuju hal-hal yang lebih baik dan produktif. Salah satu sosok
pembimbing yang menjadi orang
berpengaruh adalah para cendikiawan yang berani berkontribusi secara nyata
kepada masyarakat.
Salah satu modal untuk merangkul hati masyarakat adalah
dengan akhlak. Akhlak mulia adalah hal yang harus dimiliki oleh para
cendikiawan, yang menjadi landasan kepercayaan masyarakat akan para
cendikiawan. Dengan kepercayaan, cendikiawan akan mudah mengelola masyarakat
untuk melangkah lebih maju dari sebelumnya.
Untuk menjadi sosok seorang yang berakhlak mulia adalah
dimulai dari diri sendiri. Karena ia harus konsekuen antara keyakinan,
pembicaraan, dan perbuatannya. ia harus mampu memimpin dirinya sendiri, selalu
introspeksi diri, hingga benar-benar mampu menunjukan bahwa dirinya pribadi
yang baik, disukai dan dipercaya masyarakat. Sehingga ia siap untuk memimpin
orang lain. Masyarakat akan mempunyai respect positif terhadap orang-orang yang
seperti ini.
Dengan para cendikiawan yang berkontributif secara nyata
diharapkan mengangkat derajat sumber daya manusia (SDM), mampu membimbing dan
memajukan masyarakat. Tidak peduli seberapa besar hasil dan pengaruh
cendikiawan terhadap kemajuan masyarakat yang dikelolanya, tetapi melalui
proses yang mereka hadapi, dan keberanian mereka berkontribusi sudah menjadi
hal yang sangat besar untuk mewujudkan kejayaan masyarakat Indonesia.
Kontribusi Cendikiawan
Terhadap Masyarakat
Oleh Muh. Imam Nurhidayat
Istilah cendikiawan yang sudah umum dan sering kita
dengar, yang dilihat sebagai suatu hal yang sangat bagus dalam asumsi kita.
Cendikiawan atau orang yang mempunyai jiwa intelektual yang luas dengan
pemikiran-pemikiran ilmiah yang menjadi keinginan dan sesuatu hal yang
menggebu-gebu serta diidam-idamkan. Banyak terdapat jiwa-jiwa berintelektual
tinggi di zaman yang modern seperti sekarang ini, tapi masih sedikit sekali
cendikiawan berintelek tinggi yang benar-benar berguna bagi masyarakat, yang
benar-benar berkontributif nyata kepada masyarakat. Dan apa gunannya memiliki
intelektual tinggi tetapi tidak dapat disalurkan dengan baik kepada masyarakat.
Bahkan ada yang tidak tersalurkan sama sekali, alias hanya untuk kepentingan
diri sendiri. Begitu mirisnya dan egoisnya jiwa-jiwa ini.
Banyak para intelek yang sombong dan bangga terhadap dirinya
sendiri atas ilmu yang mereka miliki. Mereka merasa dengan hasil besar membawa
kemakmuran, kemakmuran apa? Untuk dirinya sendiri, bukannya kemajuan yang
didapat tetapi kemerosotan moral yang terjadi. Makanya masih banyak disana sini
kesenjangan yang terjadi. Hal ini menunjukan masih sedikitnya kepekaan sosial
dan juga menunjukan pentingnya kontribusi terhadap masyarakat yang secara
otomatis memajukan bangsa dan negara tercinta ini.
Kontributif sendiri tidak terbatas dengan hal-hal ini
itu, tapi memikirkan sesuatu hal yang baru, produktif dan dapat dinikmati serta
berguna bagi masyarakat adalah suatu hal yang kontributif, apapun itu! Besar
ataupun kecil, sederhana maupun megah, dan seterusnya. Jadi tedapat banyak
sekali peluang yang bisa dilakukan untuk berkontribusi kepada masyarakat walau
bukan seorang cendikiawan sekalipun.
Bentuk-bentuk kontributif sendiri yang abstrak karena
setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda untuk menjadi sesuatu yang berguna
bagi orang lain. Kontribusi tidak harus mengadakan suatu kegiatan, tetapi
dengan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat pun adalah kontribusi.
jadi dengan kontribusi, menentukan pandangan dan peran kita dalam masyarakat.
Masyarakat akan menilai seseorang dalam hal ini. Walaupun seorang itu tidak
berintelektual luas, tetapi ia berpartisipasi dan berkontribusi ke dalam
masyarakat, akan lebih dipandang baik oleh masyarakat daripada seorang yang
berintelektual luas tetapi hanya berdiam diri, tidak menggunakan jiwa dan
kelebihannya kepada masyarakat.
Pemuda-pemudi adalah salah satu harapan bangsa, disaat
itulah semangat masih menggebu-gebu, waktu masih lapang, pikiran masih jernih,
dan banyak hal yang bisa dilakukan di masa ini. Orang yang berkecukupan saja
ilmunya bisa menjadi sosok yang besar karena langkah awalnya dengan berani
berkontribusi. Dan sekarang banyak didapati cendikiawan yang berintelektual
luas, hanya saja mereka tidak ada keberanian untuk terjun ke masyarakat. Dan
banyak cendikiawan yang berintelek luas juga memiliki keberanian tapi dia
egois, mementingkan diri sendiri. Bahkan ada yang rela membodohi orang lain
ataupun masyarakat hanya untuk kepentingan dan keinginan dirinya sendiri.
Itulah kebanyakan jiwa intelektual Indonesia.
Penyalahgunaan ilmu sekarang ini banyak sekali terjadi.
Intelektual yang seharusnya memajukan bangsa dan negara Indonesia, tetapi
banyak intelek yang menggunakannya untuk kepentingan dirinya sendiri. Korupsi,
jual beli hukum, dan sebagainya sangat sering kita dengar di negara ini, sampai
panas kuping ini mendengar isu-isu yang tidak kunjung tuntas penyelesaiannya.
Hukum sudah tidak tegak lagi. Moral sudah tak berarti lagi. Peri-peri
kemanusiaan tak dihiraukan lagi. Smua itu hanya karena egoisme kepentingan diri
sendiri. Disinilah masyarakat berharap besar kepada munculnya sosok cendikiawan
muda yang intelektual, prestatif, kontributif, isolutif, yang diimbangi dengan
spiritual.
Maka dari itu, jiwa-jiwa intelektual perlu digugah
kembali. Menjadikan cendikiawan dengan intelektual yang dimilikinya dapat
tersalurkan dan teraplikasikan dengan baik kepada masyarakat. Karena masyarakat
tidak bisa menunggu, tetapi hadirlah para cendikiawan muda yang berpengaruh
tanpa egoisme, yang intelektual, prestatif, kontributif, isolutif, spiritual,
yang benar-benar berguna bagi masyarakat. Dengan jiwa-jiwa seperti inilah yang
akan membawa kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara. para cendikiawan muda,
kalau bukan kita siapa lagi.
Thanks infonya gan
BalasHapussama-sama. semoga bermanfaat.
Hapustermakasih banyak gan, sangat membantu
BalasHapus